PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Nyamuk Culex
sp merupakan golongan
serangga penular (vektor). Nyamuk dari genus Culex
sp dapat menyebarkan
penyakit Japanese
Encephalitis (radang otak), dan
Filariasis. Japanese Encephalitis (JE) adalah suatu penyakit
yang menyerang susunan
syaraf pusat yang disebabkan oleh virus.
Ada beberapa macam
encephalitis diantaranya
Japanese Encephalitis dan St
Louis Encephalitis.Di lingkungan pemukiman nyamuk Culex sp mempunyai aktivitas pada malam hari, yaitu pada
permulaan malam, sesudah matahari terbenam sampai dengan matahari terbit. Tempat perindukan nyamuk
Culex sp di sembarang tempat misalnya
di air bersih, air
kotor yaitu genangan air, got
terbuka. Nyamuk Culex sp
suka beristirahat dalam rumah pada kelambu, tali jemuran atau kain/benda
tergantung yang berada di tempat lembab dan kurang cahaya,pada ketinggian
0 - > 225 cm di atas permukaan tanah. Tempat-tempat yang disenangi
nyamuk untuk hinggap dan
beristirahat adalah tempat gelap, lembab dan sedikit angin. Termasuk di
kamar tidur, kamar
mandi, kamar kecil, maupun di
dapur. Di dalam ruangan, permukaan istirahat yang mereka suka adalah di
bawah furniture, benda
yang tergantung seperti baju
dan korden.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
taksonomi nyamuk culex sp?
2. Bagaimana
morfologi nyamuk culex sp?
3. Bagaimana
aktivitas nyamuk culex sp di lingkungan pemukiman?
C.
Tujuan
Masalah
1. Dapat
mengetahui taksonomi nyamuk culex sp
2. Dapat
mengetahui morfologi nyamuk culex sp
3.
Dapat mengetahui
aktivitas nyamuk culex sp di lingkungan pemukiman
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Taksonomi Nyamuk Culex sp
Nyamuk merupakan vektor
dari berbagai penyakit menular di dunia. Ada beribu-ribu jenis spesies nyamuk
yang tersebar diseluruh dunia, family culicidae sendiri memiliki 3.531 spesies
dengan 2 subfamily dan 113 genera (
MTI,2011). Genus culex memiliki 26 subgenera dengan 768 jenis spesies yang
tersebar di seluruh dunia. Beberapa spesies tertentu dari genus ini menjadi
vektor transmisi berbagai infeksi arbovirus dan filariasis ke manusia dan
hewan-hewan lainnya ( Azari-Hamidian,2007).
Berikut adalah
taksonomi atau nama ilmiah nyamuk culex spp.
menurut WRBU,2010 dan MTI,2011 :
1. Domain : Eukaryota
2. Kingdom : Animalia
3. Subkingdom : Bilateria
4. Branch : Protostomia
5. Infrakingdom : Ecdysozoa
6. Superfilum :
Panarthropoda
7. Filum :
Arthropoda
8. Subfilum :
Mandibulata
9. Infrafilum :
Artelocerata
10. Superkelas :
Panhexapoda
11. Epikelas :
Hexapoda
12. Kelas :
Insecta
13. Subkelas :
Dicondylia
14. Infrakelas :
Pterygota
15. Superordo :
Panorpida
16. Ordo :
Diptera
17. Subordo :
Nematocera
18. Infraordo :
Culicomorpha
19. Superfamily : Culicoidea
20. Family : Culicidae
21. Subfamily : Culicinae
22. Tribus : Culicini
23. Genus : Culex
B.
Morfologi
Nyamuk Culex sp
Nyamuk mempunyai
beberapa ciri yaitu
tubuhnya dibedakan atas
kaput, toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang antena.
Satu pasang sayap dan halter menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera. Sisik pada
sayap dan adanya alat mulut
yang panjang seperti
jarum menempatkan nyamuk ke dalam
familia Culicidae (Borror dkk., 1992).
Genus Culex dicirikan
dengan bentuk abdomen nyamuk
betina yang tumpul pada bagian ujungnya.Kepala Culex umumnya bulat atau sferik
dan memiliki sepasang mata, sepasangantena, sepasang
palpi yang terdiri
atas 5 segmen dan
1 probosis antena
yang terdiri atas 15 segmen. Berbeda dengan 6 Aedes,pada genus
Culex tidak terdapatrambut pada spiracular maupun pada post spiracular.Panjang
palpus maxillaries nyamuk jantan sama dengan proboscis. Bagian toraks
nyamuk terdiri atas 3 bagian
yaitu protoraks, mesotoraks
dan metatoraks. Bagian
metatoraks mengecil dan
terdapat sepasang sayap yang mengalami modifikasi menjadi halter.
Abdomen terdiri atas segmen tanpa bintik putih
di tiap segmen.
Gambar 1 : Morfologi Nyamuk Culex sp.
Ciri lain dari nyamuk
Culex adalah posisi yang sejajar
dengan bidang permukaan
yang dihinggapi saat
istirahat atau saat menusuk dengan kaki belakang yang sedikit
terangkat (Setiawati, 2000).Genus Culex
dikenali dengan struktur
sketelumnya yang trilobus,
ujung abdomen yang tumpul
dan badannya yang
penuh dengan sisik-sisik.
Selain itu, struktur yang membedakan genus ini dengan genus yang lain adalah
struktur yang disebut pulvilus yang
berdekatan dengan kuku diujung skaki nyamuk (Setiawati, 2000). Nyamuk
Culex quinquefasciatus berwarna
coklat, berukuran sedang,dengan
bintik-bintik putih di
bagian dorsal abdomen.
Sedangkan kaki danproboscis
berwarna hitam polos
tanpa bintik-bintik putih.
Spesies ini sulit dibedakan dengan nyamuk genus Culex
lainnya.
C.
Siklus Hidup
1. Telur
Seekor nyamuk betina mampu meletakan
100-400 butir telur. Setiap spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang
berbeda-beda. Nyamuk Culex sp meletakan telurnya diatas permukaan air
secara bergelombolan dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk
mengapung.
2. Larva
Setelah kontak dengan air, telur
akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Pertumbuhan dan perkembangan larva
dipengaruhi oleh faktor temperature, tempat perindukan dan ada tidaknya hewan
predator. Pada kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan
sampai dewasa kurang lebih 5 hari.
3. Pupa
Pupa merupakan stadium terakhir dari
nyamuk yang berada di dalam air, pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan
terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu
lebih kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari
untuk menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak akan makan apapun dan akan
keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air.
4. Dewasa
Setelah muncul dari pupa nyamuk
jantan dan betina akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan
menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial
untuk mematangkan telur.[8] Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan
waktu sekitar 10 sampai 12 hari.
Nyamuk Culex sp betina dapat meletakkan telur sampai 100 butir setiap datang
waktu bertelur. Telur – telur tersebut diletakkan diatas permukaan air dalam
keadaan menempel pada dinding vertical bagian dalam tempat – tempat penampungan
air . Nyamuk Culex sp betina lebih menyukai tempat penampungan air yang tertutup
longgar untuk meletakkan telurnya dibandingkan dengan tempat penampunga air
yang terbuka, karena tempat penampungan air yang tertutup longgar
tutupnya jarang dipasang dengan baik sehingga mengakibatkan ruang didalamnya
lebih gelap (Sumarmo,1988). Telur akan menetas dalam waktu 1-3 hari pada suhu
30o C, sementara pada suhu 16o C telur akan menetas dalam
waktu 7 hari. Telur dapat bertahan tanpa media air dengan syarat tempat
tersebut lembab.
Telur dapat bertahan sampai
berbulan – bulan pada suhu -2o C sampai 42o C.
Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi menjadi 4
tingkatanperkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-2 hari telur
menetas, Instar II terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III terjadi
setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari telur
menetas. Stadium pupa terjadi seteah 6 -7 hari telur menetas. Stadium pupa
berlangsung selama 2 -3 hari.
Lama waktu stadium pupa dapat
diperpanjang dengan menurunkan suhu pada tempat perkembangbiakan, tetapi pada
suhu yang sangat rendah dibawah 10o C pupa tidak mengalami
perkembangan.(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana ,2000). Stadium dewasa
terjadi setelah 9 – 10 hari telur menetas. Meskipun umur nyamuk Culex sp betina
di alam pendek yaitu kira – kira2 minggu, tetapi waktu tersebut cukup bagi
nyamuk Culex sp. Betina untuk menyebarkan virus dengue dari manusia yang
terinfeksi ke manusia yang lain. (Soedarto, 1992)
Pupa-Pupa
merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, padastadium
ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapatterbang,
stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari.Pada fase ini
nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama faseini pupa tidak
akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yangdapat terbang
dan keluar dari air.d. DewasaSetelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan
betina akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan
menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah merupakansumber protein yang esensial
untuk mematangkan telur. Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan waktu
sekitar 10 sampai 12 hari.
D. Bionomik
Nyamuk Culex sp
Nyamuk betina menghisap darah untuk
proses pematangan telur, berbeda dengan nyamuk jantan. Nyamuk jantan tidak
memerlukan darah tetapi hanya menghisap sari bunga. Setiap nyamuk mempunyai
waktu menggigit, kesukaan menggigit, tempat beristirahat dan berkembang biak
yang berbeda-beda satu dengan yang lain.
1. Tempat berkembang biak
Nyamuk Culex sp suka berkembang biak
di sembarang tempat misalnya di air bersih dan air yang kotor yaitu
genangan air, got terbuka dan empang ikan.
2. Perilaku makan
Nyamuk Culex sp suka menggigit
manusia dan hewan terutama pada malam hari. Nyamuk Culex sp suka menggigit
binatang peliharaan, unggas, kambing, kerbau dan sapi. Menurut penelitian yang
lalu kepadatan menggigit manusia di dalam dan di luar rumah nyamuk Culex
sp hampir sama yaitu di luar rumah (52,8%) dan kepadatan menggigit di dalam
rumah (47,14%), namun ternyata angka dominasi menggigit umpan nyamuk manusia di
dalam rumah lebih tinggi (0,64643) dari nyamuk menggigit umpan orang di luar
rumah (0,60135).
3. Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau
hewan nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2 sampai 3 hari. Setiap spesies
nyamuk mempunyai kesukaan beristirahat yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp suka
beristirahat dalam rumah. Nyamuk ini sering berada dalam rumah sehingga di kenal
dengan nyamuk rumahan.
4. Aktifitas menghisap darah
Nyamuk Culex sp suka menggigit
manusia dan hewan terutama pada malam hari (nocturnal). Nyamuk Culex sp
menggigit beberapa jam setelah matahari terbenam sampai sebelum matahari
terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00.
E. Sistem Peredaran Darah
Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai
hemolimfe) tidak terlibat dalam peredaran oksigen. Oksigen pada serangga
diedarkan melalui sistem trakea berupa saluran-saluran yang menyalurkan udara
secara langsung ke jaringan tubuh. Darah serangga mengangkut zat ke jaringan
tubuh dan menyingkirkan bahan sisa metabolisme.
F.
Sistem Pernafasan
Corong hawa
(trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda
lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar
(eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris
yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh.
Spirakel
mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya
spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga
terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari
luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju
pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi
cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan
dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan
dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara
trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan
kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
G.
Sistem
Pencernaan
Sebagaimana pada cacing tanah, serangga memiliki sistem pencernaan
makanan yang sudah sempurna, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus
sampai anus. Pencernaan pada serangga dilakukan secara ekstrasel
H. Habitat
Nyamuk dewasa merupakan ukuran
paling tepat untuk memprediksi potensi penularan arbovirus. Larva dapat di temukan dalam air yang mengandung tinggi pencemaran organik
dan dekat dengan tempat tinggal manusia. Betina siap memasuki rumah-rumah di
malam hari dan menggigit manusia dalam preferensi untuk mamalia lain.
I. Faktor Lingkungan Fisik
1. Suhu
Faktor suhu sangat mempengaruhi
nyamuk Culex sp dimana suhu yang tinggi akan meningkatkan aktivitas nyamuk dan
perkembangannya bisa menjadi lebih cepat tetapi apabila suhu di atas 350C akan
membatasi populasi nyamuk. Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk berkisar
antara 200C – 300C. Suhu udara mempengaruhi perkembangan virus dalam tubuh
nyamuk.
2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya
uap air yang terkandung dalam udara yang dinyatakan dalam (%). Jika udara
kekurangan uap airyang besar maka daya penguapannya juga besar. Sistem
pernafasan nyamuk menggunakan pipa udara (trachea) dengan lubang-lubang pada
dinding tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang terbuka lebar tanpa ada
mekanisme pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah menyebabkan penguapan air
dalam tubuh sehingga menyebabkan keringnya cairan tubuh. Salah satu musuh
nyamuk adalah penguapan, kelembaban mempengaruhi umur nyamuk, jarak terbang,
kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain-lain.
3. Pencahayaan
Pencahayaan ialah jumlah intensitas
cahaya menuju ke permukaan per unit luas. Merupakan pengukuran keamatan cahaya
tuju yang diserap. Begitu juga dengan kepancaran berkilau yaitu intensitas
cahaya per unit luas yang dipancarkan dari pada suatu permukaan. Dalam unit
terbitan SI, kedua-duanya diukur dengan menggunakan unit lux (lx)atau lumen per
meter persegi (cd.sr.m-2). Bila dikaitkan antara intensitas cahaya terhadap
suhu dan kelembaban, hal ini sangat berpengaruh. Semakin tinggi atau besar
intensitas cahaya yang dipancarkan ke permukaan maka keadaan suhu lingkungan
juga akan semakin tinggi. Begitu juga dengan kelembaban, semakin tinggi atau
besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke suatu permukaan maka kelembaban di
suatu lingkungan tersebut akan menjadi lebih rendah.
G. Patologi dan Gejala Klinis
Culex sp adalah genus
dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West
Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.
Gejala klisnis filariasis limfatik disebabkan oleh microfilaria dan cacing
dewasa baik yang hidup maupun yang mati. Microfilaria biasanya tidak
menimbulkan kelainan tetapi dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan occult
filariasis. Gejala yang disebabkan oleh cacing dewasa menyebabkan
limfadenitis dan limfagitis retrograd dalam stadium akut, disusul dengan
okstruktif menahun 10 sampai 15 tahun kemudiam. Perjalanan filariasis dapat
dibagi beberapa stadium: stadium mikrofilaremia tanpa gejala klinis, stadium
akut dan stadium menahun. Ketiga stadium tumpang tindih, tanpa ada batasan yang
nyata. Gejala klinis filariasis bankrofti yang terdapat di suatu daerah mungkin
berbeda dengan dengan yang terdapat di daerah lain (Parasitologi Kedokteran,
2008).
Pada penderita mikrofilaremia tanpa
gejala klinis, pemeriksaan dengan limfosintigrafi menunjukkan adanya kerusakan
limfe. Cacing dewasa hidup dapat menyumbat saluran limfe dan terjadi dilatasi
pada saluran limfe, disebut lymphangiektasia. Jika jumlah cacing dewasa
banyak dan lymphangietaksia terjadi secara intensif menyebabkan disfungsi
system limfatik. Cacing yang mati menimbulkan reaksi imflamasi. Setelah
infiltrasi limfositik yang intensif, lumen tertutup dan cacing mengalami
kalsifikasi. Sumbatan sirkulasi limfatik terus berlanjut pada individu yang
terinfeksi berat sampai semua saluran limfatik tertutup menyebabkan limfedema
di daerah yang terkena. Selain itu, juga terjadi hipertrofi otot polos di
sekitar daerah yang terkena (Pathology Basic of Disease, 2005).
Stadium akut ditandai dengan
peradangan pada saluran dan kelenjar limfe, berupa limfaadenitis dan limfagitis
retrograd yang disertai demam dan malaise. Gejala peradangan tersebut hilang
timbul beberapa kali setahun dan berlangsung beberapa hari sampai satu atau dua
minggu lamanya. Peradangan pada system limfatik alat kelamin laki-laki seperti
funikulitis, epididimitis dan orkitis sering dijumpai. Saluran sperma meradang,
membengkak menyerupai tali dan sangat nyeri pada perabaan. Kadang-kadang
saluran sperma yang meradang tersebut menyerupai hernia inkarserata. Pada
stadium menahun gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah hidrokel.
Dapat pula dijumpai gejala limfedema dan elephantiasis yang mengenai seluruh
tungkai, seluruh lengan, testis, payudara dan vulva. Kadang-kadanag terjadi
kiluria, yaitu urin yang berwarna putih susu yang terjadi karena dilatasi
pembuluh limfe pada system ekskretori dan urinary. Umumnya penduduk yang
tinggal di daerah endemis tidak menunjukan peradangan yang berat walaupun
mereka mengandung mikrofilaria (Parasitologi Kedokteran, 2008).
J. Pengobatan
Biasanya kalau banyak ditemukan
penderita yang didalam darahnya ditemukan microfilaria akan dilakukan
pengobatan missal dengan DEC ( Di Ethyl Carbamazine ). Pengobatan massal sering
menimbulkan masalah, bila beberapa orang tidak tahan dengan pengobatan Single
Dose yang diberikan hingga terjadi efek samping yang tidak kita inginkan.
K. Pencegahan
Pencegahan nyamuk dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Pencegahan secara mekanik
Cara ini dapat di lakukan dengan
mengubur kaleng-kaleng atau tempat-tempat sejenis yang dapat menampung air
hujan danmembersihkan lingkungan yang berpotensial di jadikan sebagai sarang
nyamuk Culex sp misalnya got dan potongan bambu. Pengendalian mekanis lain yang
dapat dilakukan adalah pemasangan kelambu dan pemasangan perangkap nyamuk baik
menggunakan cahaya lampu dan raket pemukul.
2. Pencegahan secara biologi
Intervensi yang di dasarkan pada
pengenalan organisme pemangsa, parasit, pesaing untuk menurunkan jumlah Culex
sp. Ikan pemangsa larva misalnya ikan kepala timah, gambusia ikan mujaer dan
nila di bak dan tempat yang tidak bisa ditembus sinar matahari misalnya
tumbuhan bakau sehingga larva itu dapat di makan oleh ikan tersebut dan
merupakan dua organisme yang paling sering di gunakan. Keuntungan dari tindakan
pengendalian secara biologis mencakup tidak adanya kontaminasi kimiawi terhadap
lingkungan.
Selain dengan penggunaan organisme
pemangsa dan pemakan larva nyamuk pengendalian dapat di lakukan dengan
pembersihan tanaman air dan rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk,
menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan
nyamuk dan membersihkan semak-semak di sekitar rumah dan dengan adanya ternak
seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada
manusia apabila kandang ternak di letakkan jauh dari rumah.
3. Pencegahan secara kimia.
Penggunaan insektisida secara tidak
tepat untuk pencegahan dan pengendalian infeksi dengue harus dihindarkan.
Selama periode sedikit atau tidak ada aktifitas virus dengue, tindakan reduksi
sumber larva secara rutin, pada lingkungan dapat dipadukan dengan penggunaan
larvasida dalam wadah yang tidak dapat dibuang, ditutup, diisi atau ditangani
dengan cara lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyamuk Culex
sp merupakan golongan
serangga penular (vektor). Nyamuk dari genus Culex
sp dapat menyebarkan
penyakit Japanese
Encephalitis (radang otak), dan
Filariasis. Japanese Encephalitis (JE) adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus. Ada beberapa macam encephalitis
diantaranya Japanese Encephalitis dan St Louis Encephalitis. Dan
memiliki 23 taksonomi. Nyamuk
mempunyai beberapa ciri
yaitu tubuhnya dibedakan
atas kaput, toraks, abdomen dan
mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang antena. Satu pasang sayap dan halter
menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera. Sisik pada sayap dan adanya alat
mulut yang panjang
seperti jarum menempatkan
nyamuk ke dalam familia Culicidae
(Borror dkk., 1992).
Genus Culex dicirikan
dengan bentuk abdomen nyamuk betina
yang tumpul pada bagian ujungnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiman dan
Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan
Lingkungan.Jakarta : EGC
Soemirat
Slamet, Juli.2009.Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press